Kudatangi kembali
rumah itu
Kupandangi dengan
hunjam pandang dari balik terali besi
Kuberjalan menyusuri
jalan setapak penuh rumput liar di taman rumah
Sesekali kuhempaskan
ranting-ranting, kerikil, dan batu hampar yang menghalangi langkahku
Kini kuberdiri tegak
diambang pintu rumah penuh kenangan
Di dalam rumah masih
tampak seperti dulu
Dinding lusuh mewarnai
pemandanganku
Wajah pucat terbingkai
kaca menggantung di ruang tamu
Jejak-jejak tikus
bulan menempel mengotori panel ruang keluarga
Kini, ku telusuri
kamar di depan meja makan
Kulihat, tiada beda
dengan ruang yang lain
Kotor, kumal, tak menggairahkan
Penuh debu, dan tampak
banyak duli di lantai
Namun, aku tampak
trenyuh
memandang lemari tua
dengan ukiran gelung dihadapanku
kubuka dengan perlahan
kulihat baju-baju
anggerka menggantung berjejer di palang lemari
dibawah, terlihat
tumpukan buku-buku tua pelipur lara
bersama seribu foto
tertempel rapi di album merah jambu
lemari tua, hadiah
dari sang kekasih
tanda cinta pengikat
janji suci
lemari tua, titipan
dari yang kucinta
wadah untuk menyimpan
segenap kenangan tentang cinta
lemari tua, masih
kokoh berdiri menyongsong hari
sebagai saksi tanda
cinta abadi dua insan penuh kasih
tiada akan musnah
termakan usia
seperti cintaku yang
tiada akan sirna hingga hempbusan nafas panjang terakhirku....
0 komentar:
Posting Komentar